Donderdag 13 Junie 2013

Kisah Nyata



 Emak, Aku Telah Di Wisuda

Dunia seakan berhenti berputar saat malam itu terjadi,, saat dimana Emak terjatuh dikamar mandi. Wajahnya pucat…. Aku takut, aku benar benar takut kehilangan Emak malam itu….

“wiyuuuuu wiyuuuuu…..” sirinai ambulance berbunyi saat membawa tubuh Emak menuju rumah sakit saat itu….

“Emak bangun mak,,, jangan seperti ini, bangun emak, bapak butuh Emak disamping bapak” terdengar suara bapak menggerutu dan berucap takut kehilangan emak malam itu,,,,, tak kalah kesedihan yang aku alami,,,,

“Astaghfirullah’aladzim, Astaghfirullah’aladzim, la ilaha illallah, la ilaha illallah” suara kakak berdzikir dsamping telinga Emak…..

Sedang aku hanya menangis sambil bersandar dipinggiran jendela ambulance malam itu…..

Suara ambulance kian cepat, gemuruh kaki kaki perawat dirumah sakit mulai terdengar…

“permisi, permisi, maaf pasien mau diangkat” kata seorang perawat dengan paniknya….

“Emaaakkkkk, bangun maaakkkk” kataku histeris Saat tubuh emak diangkat oleh perawat dari ambulance, sampai-sampai aku tersadar aku terbaring diantara keluarga yang ikut menunggu emak malam itu!!!

“maaf, keluarga pasien yang mana? Saya ingin berbicara” seorang dokter keluar dari ruang periksa….

Kakak tertua dan Abang iparku yang menemui dokter tersebut, saat mereka keluar dengan lesu

“ternyata kadar gula emak naik dan sangat tinggi pak, dek jadi harus dirawat inap sampai kondisi emak pulih” kata abang ipar

Hari-haripun kamu lalui dirumah sakit, silih berganti kami bergantian berjaga diruang inap itu. Selama 7 hari emak dirawat dan akhirnya bisa pulang!!!

Senang rasanya bisa berada dirumah, dan berkumpul lagi dengan Emak, tapi kebahagiaan itu sebentar saja hanya seminggu emak dirumah. Dan saat bangun pagi ku dapati Bibir Emak sedikit miring, dan tangannya sudah tidak dapat digerakkan lagi… oh Tuhan besit bapak.

Ternyata Emak terkena Stroek. Duniaku benar-benar terasa berhenti berputar saat itu, dan pada akhirnya kami harus menginap lagi dirumah sakit.

Emakku terkena Stroek dan kehidupan ku berubah 180 derajat, aku harus berjuang melanjutkan sekolahku lagi.

Tepat bulan November hendak melaksanakan ujian semester aku mendapat surat panggilan karena sudah lima bulan menunggak uang sekolah!!!

“bapak, apakah aku harus berhenti sekolah untuk  ini? aku masih ingin melanjutkan sekolah hingga ke Perguruan Tinggi” kataku bercerita pada bapak

Bapak hanya menatapku dengan mata yang nanar. Hingga akhirnya sekolah berbaik hati memberi aku bantuan biaya sampai selesai sekolahku nanti.

“dek, hari ini emak bisa pulang, bagaimana menururt mu” Tanya kakakku yang kedua

“Yasudah kita bawa pulang emak, aku juga sudah rindu dengan rumah” kataku

Saat itu kami pulang, kondisi emak berubah, ia seperti kanak-kanak.terkadang aku bersedih melihatnya , aku juga merasa lelah.

“Nakku, hidup ini pasti berubah. Jangan pernah tangisi hidup. Lakukan yang terbaik nak! Do’akan Emak” terdengar kalimat itu dengan terbata-bata dari mulut emak saat kami hendak tidur.
aku hanya bisa memeluk Emak dan berusaha menyembunyikan tangisanku.

Hanya selang beberapa bulan kami berada dirumah dengan merawat Emak, dan pada suatu hari Bapak kembali jatuh sakit.

Yang mengharuskan kami rawat inap lagi, tapi tidak mungkin! Bagaimana dengan Emak siapa yang merawat dia? Terpaksa aku Cuti sekolah untuk merawat bapak dirumah sakit sambil bergantian dengan Abang iparku.

Duniaku sedang berada dibawah semua duka menghempit, tapi elok dan sakitnya dunia hanya sesaat. 10 bulan sudah ku merawat Emak dan bapak yang kian renta dibawah penyakit yang mendera.

Suatu sore nan indah kurasa, kondisi emak kian membaik walau emak tak pernah lagi melakukan terapi karena himpitan ekonomi yang kami alami.

Ku elus wajah emak seakan ingin melihatnya selama mungkin,  ku pengang erat sambil ku pijat ringan jemari emak yang sudah lama tak bergerak itu.

“Emaak” kataku

Emak mengelus wajah ku, dan menarik kepalaku untuk memeluknya.

“Emak apa kelak aku dapat melanjutkan hingga keperhuruan tinggi” tanyaku, karena aku begitu berharap emak bias sembuh dan mendampingiku saat Diwisuda kelak.

Wajah emak tampak haru menatapku, tangannya tak henti membalai rambutku yang ikal.
“nak emak ingin melihat mu wisuda nak” suara emak begitu lembut ditelingaku

“Emak cepat sembuh, tika mau nanti saat diwisuda emak dan bapak mendapingiku untuk berpoto dipapan bunga yang indah” aku mulai bercerita dengan suara riang pada emak.

“Nakku, sekarang anak Emak sudah kelas 3 SMK memang, bentar lagi selesai, dan akan melanjutkan keperguruan tinggi nak. Apapun yang terjadi Emak ingin lihat anak Emak Diwisuda, ada atau tiada Emak itu sudah ditakdirkan sama Allah nak”.

Haru sekali sore itu rasanya saat itu sangat indah, bagai masa yang enggan tuk ku berlalu didalamnya. Emak begitu lembut sebagai tonggak motivasi untukku. Emak aku ingin diwisuda, ingin engkau dampingi lagi.

Tetapi, tanggal 20 agustus, selang 3 hari dari sore yang begitu indah itu kehendak illahi berbicara saat aku sedang bermain. Abang ipar menjemputku untuk segera pulang.

Sampai didepan pintu,, kulihat tubuh emak terbaring, suara napas nya menderu “Emak sedang sakaratul maut” besitku.

Illahi, kupasrahkan semua untukmu, ku letakkan takdir ku ditanganmu. Aku melemah, duniaku menghitam, secepat mungkin kami bawa emak ke rumah sakit, walau aku tau Emak sedang diujung waktunya, tapi usaha tak henti kami lakukan.

“allahu akbar, Allahu akabar”… suara adzan maghrib terdengar, seraya aku mendengar desisan nafas terakhir emak didalam mobil itu. Dadaku penuh sesak, aku kehilangan arah, sedang mobil masih melaju kencang berusaha secepat mungkin membawa Emak untuk menolong nyawa emak.

gemuruh kaki kaki perawat dirumah sakit mulai terdengar menghampiri mobil yang kami tumpangi…

“permisi, permisi, maaf pasien mau diangkat” kata seorang perawat dengan paniknya….

Hanya hitungan menit emak didalam dan dokter keluar

“Maaf Emak telah tiada”

“Innalillahi wainna ilahi roji’un” kata orang-orang yang mendengar kabar itu.

“Emaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak,, emaaaaaaaaaaaaaaak,, emaaaaaaaaaakk” jeritku histeris

“Iyooh Emak, tadingkenndu aku ( EMAK, kenapa tinggalkanmu aku)” kata bapak.

Semua hampir tak sadarkan diri, histeris seakan tak percaya Emak telah tiada.

***

Setahun berlalu tanpa Emak, ku ingat janji emak untuk tetap melanjutkan sekolah hingga keperguruan tinggi. Aku tak ingin emak kecewa.

***

“tika bagaimana kuliahnya sudah selesai y ?, sielah yang sudah mau diwisuda ini loh makin saja dia” ledek seorang temanku.

Ya, sudah 5 tahun sepeninggal Emak, dan aku hendak menyelesaikan Kuliahku, aku hendak diwisuda. Aku ingat emak, yang hendak menyaksikanku saat aku diwisuda.

Derai tangis pilu yang kurasa, emak tiada tapi bersyukur bapak mendapingiku saat-saat bahagiaku.

***

Emak, lihatlah aku anakmu!!!

Emak, aku telah diwisuda, ini buah hidupmu, ini adalah sesosok remaja yang kau beri motivasi dahulu. Emak ku persembahkan gelar S.PdI ku untuk mu. Emak yang tercinta.

The End



Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking